Aku yang pernah berjalan beriringan bersamamu
Melalui pekatnya malam dan terangnya siang
Melalui derasnya hujan dan hentakan sang surya
Aku yang pernah mengisi harimu dengan tawa ceriaku
Dengan keluguan remaja yang tengah beranjak dewasa
Dengan kepolosan yang kadang membuatmu menggelengkan kepala
Dengan kemurnian yang takkan pernah kau temui di mana jua
Aku yang pernah memaksamu
Menghabiskan malam di atap rumah berlangitkan gemintang
Sambil memperdebatkan hal yang tak penting
Dan memberi nama pada bintang sesuka kita
Aku yang pernah membuatmu menangis
Saat kau pikir akan nyaris kehilanganku
Saat kau mengangkat tubuh bersimbah darahku
Dengan penuh luka di sekujur tubuhku
Iyahhh...hanya aku...
Mungkin hanya aku...
Sosok yang akhirnya kau hianati dan kau sia2kan
Kau tinggal...dengan separuh hati...separuh nafas dan tulang belulang yang nyaris lepas
Hingga tak sanggup menopang bebannya sendiri
Iyahhh...hanya aku yang akhirnya kau tinggalkan di belantara kosong
Yang sendiri berjuang mengumpulkan segala yang tersisa
Dengan separuh nafas, separuh hati dan separuh jiwa
Pada saat itu...aku tak utuh lagi...
Aku bukan kamu...dan kamu bukan aku...
Dan aku berjuang untuk mengumpulkan diriku sendiri
Dengan semua kekuatan yang tersisa
Berteman waktu yang terasa berjalan lambat
Aku pernah memohon...tapi takkan pernah lagi...
Tidak pada siapapun manusia di muka bumi ini
Dan kamu kini menyesal...
Tapi sudah terlambat...
Sayap yang patah itu kini telah kembali...
Tapi bukan untuk terbang padamu lagi
Karna sebuah pelajaran itu sudah cukup baginya